Kamis, 21 Juli 2016

Perempuan & Cinta





Perempuan kuat bukanlah ia yang tak mau menangis karena terlihat lemah, justru ia selalu jujur dengan perasaanya sendiri dan berani mengungkapkannya.

Ia dapat melakukan banyak hal dengan tangan dan kakinya sendiri, tapi juga tak segan menyandarkan kepalanya diatas bahu seseorang yang dipercaya diakhir hari. Ia tak berkeberatan menghabiskan waktunya sendirian, tapi tetap membutuhkan teman bicara saat bulan mulai mengintip diakhir hari.

Perempuan kuat memperjuangkan bahagianya dengan mandiri sebelum membahagiakan orang lain. Persediaan bahagianya harus cukup untuk dirinya dan untuk orang-orang yang dikasihinya. Tak mungkin ia bisa bahagia jika bahagianya hanya diperuntukkan untuk orang lain, ia tak mau menipu dirinya sendiri.

Perempuan yang kuat melindungi apa yang jadi miliknya, tapi juga tahu kapan harus melepaskan mereka yang tak lagi memberinya rasa nyaman. Mereka yang tak lagi menghargai, membutuhkan dan mencintai dirinya. Ia tahu itu, ia tahu tak ada gunanya mempertahankan apa yang sudah mati, dan yang benar-benar tulus kepadanya tak akan pernah menyakitinya dengan sengaja. Dan ia tak pernah ragu untuk berkemas saat kesedihan semacam itu datang.

Ia tak segan untuk meminta maaf bahkan bagi segelintir orang, ia akan melakukannya saat ia tak merasa bersalah. Itu adalah salah satu caranya untuk mempertahankan apa yang diyakininya harus terus berlangsung. Tapi bukan berarti lantas ia melupakan. Ia mencatat semua dalam kepalanya dan berjanji pada dirinya sendiri tak akan membiarkan hatinya disakiti dengan cara yang sama lagi.

Perempuan kuat terkadang, juga merasa tak aman. Ada kalanya ia harus berteriak keras dan memukul dadanya kuat-kuat ketika ia merasa terancam. Bukan karena ia lemah, namun karean intuisinya selalu membisikkan ke telinganya ketika ada bahaya mengancam. Itulah saatnya ia menutup pintunya rapat-rapat dan menggemboknya dengan besi berlapis. Setan sekalipun tak dapat membuka pintu itu kalau ia sudah melakukannya.

Ia tak mengaku dirinya hebat, juga tidak mendongakkan kepalanya seperti induk jerapah. Bahkan ada saatnya, ia mengaku kalah dan menunduk lesu. Saat itu ia tak segan memasang telinganya untuk mendengarkan suara-suara baik yang membuat lehernya dapat kembali tegak, matanya kembali berbinar, dan senyumnya kembali terulas.

Perempuan yang kuat tahu kapan harus merenggangkan kedua kakinya, dan kapan harus menutupnya. Dan ia membuka lebar kedua kakinya pada satu nyawa yang bersetia kepadanya dan menjaganya. Tak hanya itu, ia juga mengunci peluknya rapat-rapat kepada lelaki semacam itu.

Perempuan kuat memang tak selalu bertubuh besar dan kuat, tapi ia mempunyai hati yang lebih kuat dari baja tahan karat. Ketika kau melihatnya sedang marah atau mendapatinya tengah menangis, itu bukan karena hatinya lemah, tapi itu saatnya ia memberi kekuatan baru pada dirinya sendiri.



Harga diri perempuan bukan pada apa yang melekat di tubuhnya, atau siapa laki-laki yang ada di sisinya, tapi pada apa yang melekat dalam hatinya dan tersimpan dalam kepalanya. Ia tak tergiur harta, namun ia tahu bagaimana cara menghidupi dirinya sendiri dengan cara terhormat. Ia tak tergiur oleh kerupawanan, tapi ia melihat hati, ia menghargai siapapun orang yang selalu ada untuk nya dan tak pernah meremehkannya.

Ketika ia bermanja, bukan berarti ia lemah. Tapi ia sedang menunjukkan sisi keperempuanan nya. Ia tak menjadikan keperempuanan nya sebagai senjata untuk menyerang, tapi untuk memanusiakannya dan mengingatkannya pada kodratnya.

Aku dilahirkan sebagai perempuan dan tentu akan tetap menjadi perempuan hingga aku mati. Lalu, dapatkah aku menjadi perempuann kuat seperti tulisanku? Ya, aku rasa aku bisa. Tidak, bukan aku rasa, melainkan aku tau aku bisa. Aku perempuan dan bukan alasanku menjadi lemah karena aku permpuan. Aku perempuan, dan aku kuat karena aku perempuan. Do you, girls?

Cheers..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar