Selasa, 28 Juni 2016

Yang sempat tak terjamah

www.bellayumiranda.blogspot.com

Setelah sekian lama berhenti dari aktivitas menulis, saya rindu membaca tulisan sendiri. Ketika membuka laman blog ini, hati tersentuh. Seperti pulang ke rumah yang sudah lama ditinggalkan ketika menengok tulisan yang tak kunjung saya selesaikan. Di dalamnya sudah banyak penuh debu, kecoak, hingga sarang laba- laba serta isinya dan tidak lagi nyaman. Ugh..

Seperti halnya sebuha karya ataupun rumah. Sesuatu yang memiliki ketidakjelasan pasti selalu memberikan rasa ketidaknyamanan. Dulu saya senang sekali membaca tulisan ini karena kemudian akan menggebu-gebu untuk melanjutkan kembali jalan cerita di chapter selanjutnya, menghidupkan tokoh utama pada kisah ini, menuliskan perjalanan hidup tokoh utama dengan selingan bahagia tangis dan kekecewaan seni kehidupan.
Tapi, sibuk pada kegiatan lain kemudian berakar tumbuh menjadi sebuah pencampakan pada hal yang sebenarnya sangat saya cintai ini. Menulis :3

Tulisan saya ini pun jadi gamang, menggantung, tak tau mau berujung kemana. Kasihan..
Tokoh utama pun seperti tengah tertidur pulas dalam cerita, tidak ada semangat berbinar lagi mempertahankan posisi eksistensinya karena pengarang bodoh yang sedang lelah akan hal kehidupan lain

Ini hanyalah sebuah ungkapan Rindu




Feeling used. But I'm still missing you. And I can't see the end of this. Just wanna feel your kiss against my lips. And now all this time is passing by. But I still can't seem to tell you why. It hurts me every time I see you. Realize how much I need you

I hate you I love you. I hat that I love you. Don't want to, but I can't put. Nobody else above you. I hate you I love you. I hate that I want you. You want her, you need her. And I'll never be her

I miss you when I can't sleep. Or right after coffee. Or right when I can't eat. I miss you in my front seat. Still got sands in my sweaters. From night we don't remember. Do you miss me like I miss you? F*cked around and got attached to you. Friends can break your heart too, and I'm always tired but never of you. If I pulled a you on you, you wouldn't like that shit. I put this real out, but you wouldn't bite that shit. I type a text but then I never mind that shit. I got these feelings but you never mind that shit. Oh, oh keep it on the low.

You're still in love with me but your friends don't know. If you wanted me you would just say so. And if I were you, I would never let me go. I don't mean no harm. I just miss you on my arm. Wedding bells were just alarms. Caution tape around my heart. You ever wonder that we coulda been? You said you wouldn't and you f*cking did. Lie to me lie, lie with me, get your f*cking fix. Now all my drinks and all my feelings are all f*cking mixed.

Always missing people that I shouldn't be missing. Sometimes you gotta burn some bridges just to create some distance. I know that I control my thoughts, and I should stop reminiscing. But I learned from my dad that it's good to have feelings. When love and trust are gone. I guess this is moving on. Everyone I do  right does me wrong. So every lonely night, I sing this song

All alone I watch you watch her. Like she's the only girl you've ever seen. You don't care you never did. You don't give a damn about me. Yeah all alone I watch you watch her. She's the only think you've ever seen. How is it you never notice. That you are slowly killing me



- and now, do you miss me like I miss you?

  

Senin, 27 Juni 2016

Salah Siapa ?




"Kamu harus sekolah yang pintar."
"Kamu harus jadi sarjana."
"Kamu harus pintar agama."
"Kamu harus punya pekerjaan yang baik."
"Kamu harus menikah dengan pasangan yang baik."
"Calonmu nanti harus yang kaya, punya fisik dan kerjaan bagus, taat beragama."
"Kamu harus bisa jadi kebanggaan orang tua."
"Kamu jangan sampai mempermalukan orang tua."
"Kamu jangan jadi gay." (jika anak laki-laki)
"Kamu jangan jadi lesbian." (jika anak perempuan)
"Kamu harus begini."
"Kamu ngga boleh begitu."

Akhirnya manusia terbiasa jadi makhluk yang paling pintar berbohong dan paling munafik, karena harus terlihat Indah dan Bahagia.  Yang sebenarnya "baik-baik saja" juga ikut berbohong karena lelah. Pura-pura nakal, bangga dengan kenakalannya, lalu terbiasa nakal. Demi siapa?

Demi orangtua, lingkungan atau bahkan agama. Dari generasi ke generasi. Sementara ada tuntutan lain yang tidak bisa dilakukan saat membahagiakan orang lain. Apa? yaitu "menjadi diri sendiri".
Manusia hanya bisa menjadi dirinya sendiri saat tidak lagi punya keterikatan dan kepentingan dengan siapa pun. Seorang pun, Tidak dengan keluarga, pekerjaan, atau apa pun. Dan itu tidak mungkin.

Ironisnya, kadang demi agama pun kita harus berbohong dan bersikap munafik, padahal agama melarang orang untuk berbohong.
Manusia bukan malaikat atau dewa. Dilahirkan berjuta kali pun akan tetap sama ; harus menjadi orang lain , harus palsu. Pencitraan adalah segalanya.
Dengan cara itulah manusia bertahan hidup dan mempertahankan eksistensinya.

Salah siapa?

Bukan ingin berusaha memihak pada kesalahan atau ketidaberhasilan seseorang menjadi yang paling baik. Namun, manusiawi rasanya jika manusia yang hakikatnya tak luput dari salah dan khilaf terus bergulir menjadi diantara dua hal tersebut selama hidup.

Jangan sampai sang sempurna pun ternyata melakukan salah dan khilaf juga untuk menjadi sempurna di mata manusia lain. Untuk Pencitraannya.

Toh, Sempurnanya tiap orang kan nggak pernah sama, terus kamu yakin sanggup bermain banyak peran demi mata dan kepuasan manusia lain yang kalau mereka nggak lihat kamu mereka juga nggak pernah terbesit tentang kamu dibenaknya?

Aku sih No..
I love my own self and always trying to be better, not to be perfect..

Because you can't make everyone happy, you're not pizza apalagi kupon diskon THR hehe..

Cheers :)

Sabtu, 18 Juni 2016

Rambut Hitam atau Warna Warni?

Kemarin seorang teman satu kelas kuliah menghubungi saya via WhatsApp, awalnya dia meminta izin untuk menanyakan suatu hal. Karena penasaran saya pun memberikan kesempatan dia bertanya yang mungkin saya bisa berikan jawabannya.


Dan message nya begini :



Saya agak lucu dan terkejut saat membacanya. Ya, saya memang salah satu orang yang suka bereksperimen dengan warna rambut dari mulai rambut warna merah, violet, brunnete, hingga blonde terang menyala pun sudah pernah berhias di kepala saya ini. Namun, saat ini saya sampai pada masa dimana saya merasa cukup lelah, bosan serta sudah tidak begitu excited dengan hal tersebut. Maka sekitar 2 bulan lalu saya memutuskan menghitamkan kembali rambut saya yang warna aslinya pun memang hitam, entah kenapa ada perasaan rindu dilubuk hati untuk kembali bermahkotakan si rambut hitam pekat khas nya wanita Indonesia, dan jadilah saya, kembali menjadi saya yang baru dengan rambut warna hitam yang lama.

Pendapat tiap-tiap teman pun berbagai macam. Ada yang suka dengan tampilan rambut baru saya, lebih fresh, katanya. Ada juga yang bilang potongan wajah agak Chinese seperti saya lebih keren dengan rambut warna terang. Semua pendapat saya terima dan saya saring, meskipun pada akhirnya saya paham bahwa saya sendirilah yang paling tau dan paham, apa yang paling cocok untuk saya.

Lalu terkait teman saya ini, sebenarnya kalau saya tidak salah perhitungan waktu, gadis ini baru saja mewarnai rambutnya yang tadinya hitam menjadi agak blonde dibagian bawah atau teknik ombre yang saat ini tengah hits. Saya sih kalau baru kurun waktu dua bulan setelah mewarnai rambut, sedang sangat excited sekali dengan rambut baru tersebut. Tapi, teman saya ini justru sudah mau kembali ke rambut aslinya. Dia menanyakan salon tempat saya mengembalikan rambut asli saya, mungkin karena dia lihat rambut saya yang bandel dulu sekarang sudah kembali jadi rambut yang baik :)

Saya sih tidak ingin bertanya terlalu jauh kenapa dia yang baru eksperimen dengan warna rambutnya kok sudah mau dikembalikan ke semula lagi, mungkin dia punya alasan yang tidak ada faedahnya juga kalau diberitahukan kepada saya, maka saya hanya berbicara mengenai informasi yang dia butuhkan.

Tapi omong-omong tentang warna rambut, saya jadi berfikir satu hal terkait ini, terkadang diri kita, manusia hampir seperti rambut perempuan muda yang tengah mengenal dunia, ingin mencoba segala hal dari baik, buruk, keren, norak, alay, ekstrim, bahkan kadang seringkali meninggalkan jati diri asli sampai-sampai diri sendiri sudah tidak mengenali siapa dirinya karena terlalu asik dan excited untuk mencoba berbagai warna lain kehidupan yang seringkali menghilangkan warna asli manusia itu sendiri.


Namun, akan tiba juga saatnya ketika kita para manusia dan rambut ini bisa jadi telah terlalu lelah atau terlalu kenyang mencoba segala warna lalu merindukan warna asli kita, merindukan diri kita yang sebenarnya, merindukan melakukan sesuatu yang memang ingin dilakukan karena dasar nurani dan bukan dasar trend, merindukan menjadi diri sendiri yang memang apa adanya bukan yang sok elegant karena dipaksa nama baik, bukan yang sok nakal biar dibilang keren, bukan yang sok pembobol batasan biar dapat label si pemberani, bukan juga si sosialita yang maksa terlihat demikian.

Dan pada saat kita merindukan untuk kembali akan sangat damai jika bisa berhasil kembali karena bayangkan jika rambut warna warni itu tidak bisa kembali dihitamkan?Padahal sudah sangat buruk warnanya. Pasti ada yang janggal menampilkan sesuatu yang tak ikhlas di hati.

Maka kembalilah dan jangan pernah lupa, entah cepat ataupun lambat, entah perlahan ataupun segera, entah kapan waktunya, jika telah merasa lelah melanglang buana mencicipi banyak warna kehidupan, ayolah lekas kembali pada dirimu sendiri, sebelum kekinian yang saat ini tengah merajaimu membuatmu jauh tak berarah dan membuatmu benar-benar kehilangan warna aslimu.


Cheers..