Minggu, 24 Juli 2016

Follow your brain. Your heart as stupid as shit!






Teringat akan kutipan di salah satu tulisan saya "Yang paling sulit adalah melawan diri sendiri", Kutipan penuh arti bermakna ini memang sangat sulit untuk dipahami. 

Bagaimana bisa seorang kita melawan diri kita sendiri? 

Apakah kemudian kita melawan diri kita yang lain? 

Yang lain? 

Yang lain bagaimana? 

Ataukah sebenarnya diri kita terdiri dari dua hal? 

Definisi kata 'Melawan' yang berasal dari kata "Lawan" sendiri, menurut KBBI adalah pengertian dari pergulatan, pertengkaran untuk menentukan pemenang, maka kata melawan harusnya diperuntukkan bagi sesuatu yang memang ada lawan nya. 

Lalu siapa yang kita lawan saat melawan diri kita sendiri?

Mungkin, dalam hal ini kita memang harus mengetahui terlebih dahulu siapa yang akan bergulat atau saling melawan dalam diri kita. Siapa itu? Saya rasa, ah tidak, saya tahu yang sedang bergulat dalam diri saya adalah hati dan fikiran saya, atau perasaan dan logika saya.

Mereka bertengkar? Ya, hampir setiap waktu. Mereka tak pernah sepakat. Mereka tak pernah satu paham. Sering bertentangan dan berlawanan arah. Membuat saya merasa letih. Apasih yang membuat mereka bertengkar? Lalu, yang mana yang harus saya ikuti? Kata hati, ataukah logika?

Faktor nya cukup banyak yang mendasari pertengkaran mereka. Dari mulai rutinitas sehari-hari sampai urusan cinta-cintaan yang rumit. Seperti misalnya, Senin pagi ini, saya rasanya ingin sekali berada di kasur seharian namun logika memerintah keras untuk bangun dan pergi bekerja , logika kamu menang. 

Dan, seperti ketika hati menjatuhkan pilihan pada seseorang yang sangat hati sukai, sampai mungkin membuat kita rela mencuri bulan dari langit untuknya, tetapi logika tahu bahwa hati telah salah memilih tambatan hati. Siapa yang akan menang kali ini?

Entah karena seseorang tersebut berperilaku tidak baik, atau tidak menghargai perasaan kita sepenuh hati, atau mungkin seseorang itu akan membuat pribadi kita menjadi tidak baik, atau bisa juga karena seseorang itu tak memenuhi kriteria untuk masuk dan dicintai keluarga kita. 

Atau yang lebih berbahaya jika seseorang itu berperilaku sangat baik terhadap kita, menghargai kita dengan baik, membuat kita jadi lebih baik, namun ternyata dia bukan seseorang yang digariskan menjadi milik kita.

Bisa karena ternyata kita sudah terlebih dahulu ada ikatan, atau dia yang memang telah terikat, atau karena memang Tuhan masih merahasiakan siapa jodoh kita. 

Entahlah, bukan kita yang salah, tetapi hati yang tak pernah pakai otak dalam mencintai lah yang bersalah. Paling tidak menyalahkan hati bisa melindungi hasrat salah menguasai diri kita selama ini.

Hati, kurasa kali ini kamu hampir menang (:

Mungkin.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar